close

Kinesio Taping Bisa Cegah Cedera Saat Olahraga

Diposting pada 03 Nov 2019
KONIDKI - Olahraga sudah menjadi kebutuhan rutin mayarakat. Bahkan, olahraga telah menjadi bagian dari gaya hidup.

Sebab, olahraga bukan hanya mempertahankan tingkat kesehatan dan kebugaran diri tapi bisa menjadi bagian dari hobi ataupun bisnis. 

Namun ada juga mereka yang melakukan kegiatan olahraga dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi keolahragaan di tingkat daerah, nasional maupun internasional.

Dengan meningkatnya animo masyarakat terhadap kegiatan olahraga, maka angka kejadian cedera olahraga pun semakin meningkat. 

Berbagai macam faktor dapat menjadi penyebab timbulnya cedera olahraga, baik itu yang berhubungan langsung dengan latihan yang dilakukan maupun faktor lingkungan sekitar yang berhubungan dengan kegiatan olahraga tersebut. Tidak jarang juga, cedera olahraga diakibatkan oleh kondisi kesehatan. 

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen Fakultas Olahraga Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Khaeroni dan Ferry Yohannes Watimena menyebutkam, kalau cedera bisa diantisipasi sejak dini. Caranya dengan menggunakan Kinesio Taping atau Elastic Therapeutic Tape.

Kinesio Taping adalah plester elastis yang memiliki fungsi terapeutik, yaitu mencegah dan meringankan cedera. Daya regangnya dapat mencapai 75 persen dari panjang aslinya.

Kinesio taping dikembangkan oleh Dr. Kenzo Kase, seorang dokter dari Jepang, pada tahun 1973. Saat ini, kinesio taping menjadi salah satu upaya pencegahan cedera bagi para atlet dan orang-orang yang aktif bergerak. 

Selain itu, plester ini juga dapat dipercaya dapat meringankan efek dari cedera dan penyakit muskuloskeletal seperti nyeri otot dan tendinitis.

Kinesio taping diyakini dapat mencegah cedera muskuloskeletal. Penggunaannya berefek pada waktu otot mencapai gaya putaran tertingginya. Waktu untuk mencapai gaya putaran ini menunjukkan waktu pengerahan kontraksi unit motorik. 

Kinesio taping bekerja dengan mempercepat waktu pengerahan kontraksi unit motorik pada otot. Semakin cepat waktu yang dibutuhkan, semakin kecil pula risiko otot tersebut untuk mengalami cedera. Hal ini terjadi karena otot ‘sudah siap’ untuk bekerja, dibandingkan dengan otot yang belum berkontraksi.

"Kinesio taping dapat menambah ketahanan otot dan memperbaiki kontrol postur tubuh. Kinesio taping yang dipasang pada paha bagian depan dapat mengurangi kelelahan pada otot paha, dan selanjutnya menambah ketahanan otot tersebut. Pada saat otot kelelahan, otot dapat mengalami penurunan aktivasi otot, refleks otot, propriosepsi, dan kontrol postur tubuh. Padahal, otot memiliki ekstensibilitas (kemampuan untuk meregang) dan elastisitas (kemampuan untuk kembali ke bentuk semula) yang harus dijaga selama beraktivitas. Cara kerjanya dianalogikan seperti karet gelang, dengan mendukung elastisitas otot paha," tegas Khaeroni kepada wartawan saat ditemui di UNJ.

Selanjutnya kata dia, panjang langkah yang dapat dicapai oleh seseorang pun menjadi lebih stabil dalam waktu yang lama. 

"Panjang langkah ini dapat dihubungkan dengan kecepatan berlari. Dengan adanya dukungan elastisitas otot paha, otot tidak mudah lelah sehingga panjang langkah yang dicapai menjadi stabil. Hal ini akan membantu performa seorang atlet dalam berlari, baik jarak dekat maupun jarak jauh," jelas pria penggemar catur yang akrab disapa Roni ini.

Hal senada diucapkan Ferry Yohannes Watimena. Menurutnya,  plester juga terkenal dapat mengurangi rasa nyeri pada cedera, tanpa membuang tenaga dan waktu yang terlalu banyak. 

"Pemasangan yang relatif mudah menjadi alasannya. Akibatnya, jangkauan fleksi pada bagian lumbar tulang belakang dapat bertambah. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya rasa nyeri yang kemudian meningkatkan performa kerja otot pinggang. Performa kerja otot yang baik membuat otot semakin lentur sehingga jangkauan fleksi pun bertambah," ucapnya.

Diketahui, Kinesio Taping bisa memberikan dukungan dan stabilitas sendi dan otot-otot tanpa mempengaruhi sirkulasi dan jangkauan gerak. 

Hal ini juga digunakan untuk Preventive Maintenance, Edema, dan untuk mengobati rasa sakit. "Kinesio Taping adalah teknik didasarkan pada proses penyembuhan tubuh sendiri alami. Kinesio Taping ini menunjukkan kemanjurannya melalui aktivasi sistem saraf dan peredaran darah. Metode ini pada dasarnya berasal dari ilmu Kinesiology, maka nama “Kinesio”. Otot tidak hanya dikaitkan dengan gerakan tubuh, tetapi juga mengontrol sirkulasi arus vena dan getah bening, suhu tubuh, dan lain-lain. Oleh karena itu, kegagalan otot untuk berfungsi dengan baik menyebabkan berbagai macam gejala," tambah Ferry.

Dalam survei terungkap, pemahaman masyarakat di wilayah Rawamangun, Jakarta Timur belum mengetahui manfaat kinesio taping. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi penelitian pada wilayah tersebut yang menginformasikan efektivitas kinesio taping dalam mencegah terjadinya cedera serta meningkatkan performa otot saat berolahraga. 

Padahal dalam berolahraga setiap pelaku kegiatan olahraga berpotensi mengalami cedera. Cedera sering dialami oleh seseorang, terutama apabila aktivitas yang dilakukan melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya. Hal ini membuat seseorang tersebut kehilangan waktu berolahraga sehingga tidak memiliki kesempatan untuk melakukan aktifitas yang bermanfaat untuk kesehatannya. 

"Kejadian seperti ini memerlukan penanganan atau pertolongan dengan segera. Penanganan terhadap cedera olahraga pada zaman modern sekarang ini sudah banyak dilakukan, baik dilakukan secara medis ataupun fisioterapis. Cedera olahraga adalah cedera pada sistem integument, otot dan rangka ataupun segala bentuk ruda paksa/trauma yang disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga terjadi karena ketidakmampuan jaringan (otot, persendian, tendon dan kulit) serta organ tubuh lainnya dalam menerima beban latihan pada saat berolahraga," tegas Ferry.

Ferry melanjutkan, ada banyak kegunaan pada kinesio taping. Misalnya, menghilangkan nyeri, pegal pada otot yang tegang, mengurangi bengkak, mencegah kram pada otot dan  mencegah cedera saat olahraga. 

"Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan cedera, antara lain kesalahan metode dalam berolah raga, kelainan struktural, kelemahan otot dan penopang sendi. Dan ada dua tipe cedera olahraga, yaitu cedera akut dan cedera kronis. Patah tulang, memar, robek ligamen, robek otot atau tendo, lecet, dan tergores adalah beberapa contoh cedera akut, sedangkan stress fraktur, tendinitis, dan epifisitis atau apofisitis merupakan sebagian contoh cedera kronis," ungkap mantan pelatih Panahan ini.